Selasa, 14 Februari 2012

Makna dan Esensi Dzikir





اللّه SWT Berfirman :
ياأيّهاالذيْن أمنوااذْكراللّه ذكرا كثيْرا

Yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah kepada اللّه

dengan ingatan (dzikir) yang banyak”. (Al-Ahzab 41)

رسُوْلُ اللّه SAW bersabda :

ألا أنبّئكم بخير أعمالكم وأزْكاها عند ملككم وارفعها في درجاتكمْ وخير منْ إعطاءالذّهب والورق وأنتلقوا عدوّكم وتضْربوا أعْناقهم ويضْربوا أعْناقكم قالوا ماذاك يارسول اللّه قال ذكراللّه


Artinya ”Ingatlah, akan aku beri tahu kalian tentang sebaik-baik amal kalian,
paling suci dari amal kalian di sisi Raja kalian, dan paling tinggi untuk derajad
kalian, dan lebih baik daripada pemberian emas dan perak,
ataupun daripada engkau bertemu musuh kalian sehingga kalian memukul leher mereka atau mereka memukul leher kalian ?”

Para Sahabat bertanya, ”Apa itu wahai رسُوْلُ اللّه ?.
Beliau menjawab, ”Dzikrulloh”.

رسُوْلُ اللّه SAW bersabda :

لاتقوم الساعة على احد يقوال اللّه اللّه

”Hari kiamat tidak akan terjadi pada seseorang yang mengucapkan اللّه اللّه

رسُوْلُ اللّه SAW juga pernah bersabda :

لاتقوم الساعة حتّى لا يقال في الارض اللّه اللّه

”Kiamat tidak akan terjadi sehingga di bumi ini tidak ada
yang mengucapkan اللّه اللّه

Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq berkata, ”Dzikir adalah rukun yang sangat kuat dalam perjalanan menuju Al-Haq, bahkan keberadaannya merupakan tiang. Seseorang tidak akan sampai menuju اللّه kecuali dengan melanggengkan dzikir.

Dzikir ada dua macam, dzikir lisan dan dzikir hati.
Dzikir lisan diperuntukkan bagi hamba yang mempergunakan kemampuannya sehingga menghantarkannya pada kelanggengan dzikir di dalam hati.
Dzikir lisan ini memiliki pengaruh kepada dzikir hati.
Jika seorang hamba berdzikir dengan lidah dan hatinya sekaligus,
maka dia adalah seorang ahli dzikir yang sempurna dalam sifat
dan keadaan perjalanan spiritualnya.

Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq berkata, ”Dzikir menyebarkan kewalian.
Barang siapa menetapi dzikir maka dia akan dianugerahi penyebaran
dan jika ia melepas dzikirnya maka penyebaran kewalian akan dicabut darinya”.

Diceritakan bahwa Dalf As-Syibli dalam permulaan perjalanan sufinya
setiap hari menyerap sedikit demi sedikit dan mengendalikan nafsunya
dengan teguh supaya tidak terputus dari kontinuitas dzikir.
Jika sifat lupa memasuki hatinya, maka dia memukul nafsunya sampai pecah. Terkadang keteguhan ini lenyap sebelum menyentuh, terkadang pula ia memukul dinding pembatas dengan dua tangan dan dua kakinya.
Dikatakan, dzikir kepada اللّه dengan hati adalah pedang para murid.
Dengan pedang itu mereka berperang melawan musuh-musuh
dan menghalau beberapa penyakit yang mencoba mengganggunya.
Musibah ketika membayangi hamba dan sempat menggetarkan hatinya,
maka dia membatasinya dari semua yang dibencinya pada saat itu juga.

Muhammad Al-Washiti pernah ditanya tentang dzikir maka dijawab,
”Dzikir adalah keluar dari medan kelupaan menuju kepastian musyahadah
yang mampu mengalahkan tekanan ketakutan dan tarikan rasa cinta”.
Dzunun Al-Mishri berkata, ”Barang siapa ingat اللّه dengan ingatan yang hakiki,
maka dia pasti lupa segala sesuatu di sisi ingatan-Nya (dzikir kepada اللّه)
dan اللّه akan menjaganya dari segala sesuatu.
Baginya punya pengganti dari segala hal.

Abu Utsman pernah ditanya dari hal yang demikian, ”Kami berdzikir kepada اللّه tetapi tidak menemukan kemanisan di dalam hati kami”.
Kemudian dijawab,”Pujilah اللّه agar menghiasi diantara luka-lukamu
dengan ketaatan”.

Di dalam hadits yang masyhur رسُوْلُ اللّه SAW pernah bersabda, ”

إذَارأيْتم الْجنّة فارْتعوا بها قيْل له وما رياض الجنة فقال مجالس الذكر

Jika kamu melihat surga maka merumputlah. Ditanyakan kepada Beliau, “Apakah itu kebun surga ?”. Beliau menjawab, “’Majlis dzikir”.

Jabir bin Abdillah menceritakan, “Suatu hariرسُوْلُ اللّه SAW keluar menuju kami
lalu bersabda, “

يا أيّهاالنْاس ارتعوا فيْ رياض الجنّة قلنا يا رسول اللّه ما رياض الجنة قال مجالس الذّكر قال اغدوا وروْحواْ والذْكروا من كان يحبُّ أنْ يعْلم منزلته عنْد اللّه تعالى فلينظر كيف منْزلة اللّه تعالى عنده فانّ اللّه تعالى ينزل العبد حيْث أنزله منْ نفْسه

“Hai manusia merumputlah kalian semua di kebun surga.’
Kami bertanya, ‘Wahaiرسُوْلُ اللّه , apakah kebun surga itu ?’ Beliau menjawab,
‘Majlis dzikir. Makan pagilah kalian dengan dzikir,
makan sorelah kalian dengan dzikir.
Barang siapa ingin mengetahui kedudukannya di sisi اللّه
maka pandanglah bagaimana kedudukan اللّه di sisinya (di hatinya).
Sesunggguhnya اللّه turun pada hamba menurut turunnya hamba di sisi-Nya”.

Dalf As-Syibli mengatakan, “ Bukankah اللّه telah berfirman,
“Aku duduk di sisi orang yang mengingat-Ku. Apa yang kalian peroleh wahai manusia, dari majlis Al-Haqq ini ?”’.

As-Syibli kemudian mendendangkan sya’ir :

Saya ingat pada-Mu
Tidak, saya lupa pada-Mu sepintas
Apa yang lebih ringan dalam dzikir
Selain dzikir lidahku
Saya dengan tanpa cinta
Mati dari keinginan
Hati pergi tanpa arah menujuku
Berputar dari timur ke barat
Ketika cinta melihatku
Sesungguhnya Engkau hadir padaku
Saya menyaksikan-Mu ada
Di segala tempat
Saya berdialog dengan yang diadakan
Dengan tanpa ucapan
Saya melirik yang diketahui
Dengan tanpa pandangan

Diantara keistimewaan dzikir adalah tidak dibatasi waktu,
bahka tidak ada waktu melainkan seorang hamba diperintahkan berdzikir,
baik yang bersifat wajib maupun sunah.
sholat meski memiliki kedudukan sebagai ibadah yang paling mulia,
namun pada waktu-waktu tertentu tidak boleh dilakukan.
Sedangkan dzikir dilakukan sepanjang waktu dalam berbagai keadaan.
اللّه berfirman :

الّذين يذكرون اللّه قياماً وقعوْداَ وعلى جنوبهمْ

“Orang-orang yang mengingat اللّه baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring (Ali Imran 191).

Abu Bakar bin Furok mengatakan, “Posisi berdiri dengan kebenaran dzikir dan posisi duduk dengan menahan diri dari sikap berpura-pura (berdzikir).

Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq pernah ditanya, “Apakah berdzikir atau berpikir yang lebih mulia ?”
“Apa yang terjadi pada Syaikh ?”
“Syaikh Abdurrohman menjawab, “Bagi saya, dzikir lebih sempurna
daripada berfikir karena اللّه Dzat Al-Haqq disifati dengan dzikir tidak dengan berfikir. Sesuatu yang menjadi sifat asli Al-Haqq adalah lebih sempurna dari sesuatu
yang dikhususkan oleh makhluk sebagai sifat Al-Haqq”.
Maka ustadz Abu Ali tersenyum membenarkan jawaban As-Syaikh.

Muhammad Al-Kattani mengatakan, “seandainya tidak ada ketentuan
yang mengatakan bahwa dzikir kepada-Nya adalah kewajiban terhadap saya, niscaya saya tidak mengingat-Nya sebagai pengagungan kepada-Nya
sebagaimana saya mengingat-Nya”.

Ustadz Abu Ali mendendangkan syair kepada teman-temannya :

Tidakkah saya jika mengingat-Mu
Selain keinginan mengusirku
Hatiku, rahasiaku, ruhku
Ketika mengingat-Mu
Sehingga seakan-akan mata-mata
Dari-Mu membisiku untuk-Mu
Celakalah
Dzikir adalah untuk-Mu semata.

Diantara keistimewaan dzikir adalah menjadikan diterimanya dzikir-dzikir yang lain.

Firman اللّه SWT :

فاذْكروْنِي اذْكركُمْ

Ingatlah Aku, maka aku akan mengingatmu (Al-Baqoroh 152)

Dalam suatu hadits disebutkan bahwa Jibril As pernah berkata kepadaرسُوْلُ اللّه SAW bahwa اللّه SWT berfirman “Aku memberi umatmu sesuatu yang belum pernah Aku berikan kepada umat-umat yang lain”.

“Apa itu wahai Jibril ?”
“Yaitu firman-Nya yang mengatakan, ‘(Karena itu) ingatlah kalian maka Aku akan mengingatmu (Al-Baqoroh 152). Tidak ada seorangpun selain umat ini yang pernah mengucapkannya.

Menurut penafsiran, ayat tadi bermakna bahwa malaikat selalu berkonsultasi dengan orang yang berdzikir ketika hendak mencabut nyawanya.

Di dalam sebagian kitab-kitab agama disebutkan bahwa
Nabi Musa AS pernah bertanya, “Wahai Tuhan, di mana Engkau berada ?”
“Di hati hamba-Ku yang beriman”.

Sufyan Atsauri pernah bertanya kepada Dzunun Al-Mishri
tentang dzikir lalu dijawab, “Dzikir adalah kegaiban orang yang berdzikir dari dzikir itu sendiri”. Kemudian beliau melantunkan sebuah syair :

Tidak, karena saya melupakan-MU
lebih banyak dari mengingat-Mu
Namun dengan itu lidahku mengalir.

Sahal bin Abdillah berkata, Tiada hari melainkan
Dzat Yang Maha Agung memanggil-manggil, “Wahai hamba-Ku,
kalian tidak pernah berlaku adil terhadap-Ku.
Engkau memohon kepada-Ku tetapi engkau pergi kepada selain-Ku.
Aku menghilangkan musibah-musibah darimu tetapi engkau memikul beban-beban kesalahan.
Wahai anak Adam, apa yang akan kamu katakan kelak ketika datang kepada-Ku ?”

Abu Sulaiman Ad-Daroni berkata, “Di surga terdapat lembah
yang subur.
Ketika seseorang berdzikir, maka para malaikat menanam pohon-pohon
di lembah itu.
Ketika sebagian malaikat berhenti, maka ditanyakan kepadanya,
“Mengapa kamu berhenti ?” lalu dijawab, “Kawanku (orang yang berdzikir) telah membuat badanku lelah dan payah ”.

Dikatakan bahwa mencari kelezatan yang hilang ada di dalam
tiga hal yaitu di dalam sholat, dzikir dan membaca Al-Qur’an. Sesungguhnya kalian pasti menemukannya karena jika tidak
maka ketahuilah bahwa pintu sedang ditutup.

Ahmad Al-Aswad bercerita, “Saya pernah bersama Ibrahim
Al-Khowas dalam suatu perjalanan.
Kami mendatangi suatu tempat yang di dalamnya banyak terdapat ular. Ketika tiba pada suatu pesisir pantai, Ibrahim merapatkan sampannya
lalu duduk dan sayapun ikut duduk.
Akhirnya malampun tiba, udara yang sangat dingin mendorong ular
keluar dari sarang mereka.
Binatang berbisa tersebut merayap kesana kemari untuk mencari
mangsa dan terus berjalan hingga mendekati kami.
Ibrahim berbisik kepadaku, ”berdzikirlah kepada اللّه”.
Sayapun mengucapkan dzikir, dan anehnya binatang-binatang tersebut menjauh.
Tidak berapa lama ular ular tersebut mendatangi kami, dan Ibrahim mengingatkan kami seperti semula, dan saya menurutinya
hingga pagi hari.
Setelah matahari cerah, dia berdiri dan berjalan,
kemudian saya ikut berdiri dan berjalan.
Baru beberapa langkah kami berjalan, tiba-tiba seekor ular besar jatuh
di bekas tempat duduk Ibrahim dalam keadaan tidur melingkar.
Sayapun berkata, “ alangkah pulas tidur ular ini”. Lalu dijawab Ibrahim, “Tidak, semenjak beberapa masa yang silam, saya tidak pernah tidur malam lebih nyaman daripada pagi ini “.

Dikatakan, “Barang siapa yang tidak merasakan kerasnya lupa,
maka dia tidak dapat merasakan manisnya dzikir.”
Sarry As- Saqothy berkata, Dalam sebagian kitab disebutkan,
“Jika mengingat-Ku lebih menguasai hamba-Ku, berarti dia rindu
kepada-Ku yang membuat Aku rindu kepadanya”.
Sarry mengatakan, “اللّه memberi wahyu kepada Dawud AS,
“Bersama-Ku, bergembiralah dan dengan mengingat-Ku,
bersenang-senanglah”.

Ahmad An-Nuri mengatakan, “Segala sesuatu memiliki siksaan,
dan siksaan bagi orang makrifat adalah keterputusannya dari dzikir”.
Di dalam kitab Injil disebutkan, “Ingatlah Aku ketika kamu marah,
maka Aku pasti mengingatmu ketika Aku marah.
Ridholah dengan pertolongan-Ku karena pertolongan-Ku lebih baik daripada pertolonganmu kepada dirimu sendiri”.

Seorang pendeta yahudi pernah ditanya, “Apakah tuan puasa ?”
“Saya puasa dengan mengingat-Nya, Jika saya mengingat
selain-Nya berarti saya telah berbuka”.

Seseorang yang mengabadikan hatinya dengan dzikir
maka setan yang mendekatinya pasti terbanting, sebagaimana manusia yang mendekati setan tanpa dzikir juga pasti terbanting.
Para setan bingung menyaksikan hal ini, mereka bermusyawarah,
“Apa yang dimilikinya ?” lalu dijelaskan, “Manusia telah menyentuhnya”.

Sahal bin Abdulloh mengatakan, “Saya tidak mengetahui maksiat yang lebih buruk melebihi lupa/lalai kepada Tuhan”.
Dinyatakan bahwa dzikir khofi (secara rahasia) tidak bisa diangkat
ke langit oleh para malaikat karena tidak tampak baginya.
Dzikir semacam ini merupakan rahasia antara seorang hamba dengan اللّه. Salah seorang ulama sufi menuturkan pengalaman anehnya.
Dia mengatakan, “Diceritakan kepada saya tentang seorang ahli dzikir
yang tinggal di sarang harimau, sayapun mendatanginya.
Di sana saya melihat dia sedang duduk berdzikir,
tiba-tiba seekor harimau menerkam dan berusaha merobek-robek badannya.
Dia pingsan dan sayapun pingsan, ketika dia sadar dan saya juga mampu berdiri, maka saya bertanya kepadanya, “Ada apa?”.
Diapun menjawab bahwa اللّه telah merobohkan harimau itu”.

Abdulloh Al- Jariri mengatakan, “Diantara sahabat-sahabat kami
ada seorang pria yang banyak mengucapkan اللّه..اللّه.
ketika dia berjalan di sela-sela barisan pohon kurma, tiba-tiba sebatang pohon kurma tumbang dan menimpa kepala ahli dzikir tersebut.
kepalanya pecah dan darah mengalir dari sekujur tubuhnya.
Di tanah tertulis ribuan kata اللّه, اللّه dengan tinta darahnya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar