Intisari Tausiyah Syaikh Ahmad Bafadhol, Yaman
Diterjemahkan
oleh Habib Mahdi bin Muhammad Al Hiyed
Diringkas oleh Alfaqiir
Imron Rosyadi
Beliau memulai tausiyah dengan
memanjatkan Puji Syukur ke hadirat Allah Subhanahuwata`ala yg telah
memberikan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga diberi kesempatan
hadir dalam Majelis yang mulia Majelis Para Pecinta Sayyidina Muhammad
Shallallahu`alaihi Wasallam. Tak lupa beliau senantiasa bersholawat
kepada Rasulullah Shallallahu`alaihi Wasallam yang menjadi Pemimpin Para
nabi dan para umat di muka bumi ini.
Beliau menukil
sebuah kisah tentang Abu Lahab Diriwayatkan didalam Shahih
Bukhari bahwa ketika Abbas bin Abdul Mutholib bermimpi Abu Lahab
setelah wafatnya. Dilihatnya Abu Lahab berada didalam api yang
mengerikan, maka ditanya kepada Abu Lahab apa yang kau terima setelah
kematianmu wahai Abu Lahab? berkata Abu Lahab “tidak pernah kurasakan
kenikmatan dan ketenangan sejak aku wafat terkecuali setiap hari senin
aku diberi keringanan karena membebaskan budakku Juwairiyah mendengar
kabar kelahiran Nabi Muhammad saw”.
kemudian
menukil Pendapat Al-Imam Al-Muhaddits Al-Hafidz Al-Musnid Al-Jami’ Abul
Khair Syamsuddin Muhammad Ibnu Abdullah Al-Jazariy Asy-Syafi’i dalam
kitab Anwarul Muhammadiyah hal.20, karangan Al-‘Allamah Asy-Syekh Yusuf
An-Nabhaniy. "
فإذا كان أبو لهب الكافر الذي نزل القرآن بذمه جوزي
في النار بفرحه ليلة مولد النبي صلى اله عليه وسلم به فما حال المسلم
الموحد من أمة النبي صلى الله عليه وسلم يسر بمولده ويبذل ما تصل إليه
قدرته في محبته صلى الله عليه وسلم، لعمري إنما يكون جزاؤه من الله الكريم
أن يدخله بفضله جنات النعيم
“maka jika Abu Lahab yang kafir yang diturunkan ayat al-Qur’an untuk
mencelanya masih diberi ganjaran kebaikan didalam neraka karena
bergembira pada malam Maulid Nabi, lantas bagaimana dengan seorang
Muslim yang mentauhidkan Allah, yang merupakan umat dari Nabi (صلى اله
عليه وسلم) yang senang dengan kelahiran Beliau dan menafkahkan apa yang
dia mampu demi kecintaannya kepada Nabi (صلى اله عليه وسلم). Demi
Allah, sesungguhnya yang pantas bagi mereka berupa balasan dari Allah
yang Maha Pemurah adalah memasukkan mereka dengan keutamannya kedalam
surga yang penuh kenikmatan”
Rasulullah Shallalahu`alaihi Wasallam merupakan pribadi yang sempurna seperti perkataan Imam Asy Sya`roni dalam Kitab Mizanul Kubro bahwa Rasulullah merupakan penutup dan penyempurna bagi para Nabi-nabi terdahulu.
Syaikh Akhmad Bafaddhal menjelaskan tentang kemuliaan Majelis Ilmu, dimana para Madrasatul `Ilmi sekarang ini merupakan buah dari hasil ketawadhu`an para ulama terdahulu. Seorang yang `Alim setiap ucapannya mampu menyentuh hati seseorang. Dikisahkan Syeikh 'Abdulqadir Al-Jailani bila
berceramah menggunakan bahasa yang sangat sederhana. Anak beliau yang
telah banyak menuntut ilmu dan gemar berceramah berkata dalam hati,
"Jika aku diizinkan berceramah, tentu akan lebih banyak orang yang
menangis."
Suatu hari Syeikh 'Abdulqadir Al-Jailani ingin
mendidik anaknya. la berkata kepadanya, "Wahai anakku, berdiri dan
berceramahlah." Si anak kemudian berceramah dengan sangat bagus. Namun,
tidak ada seorang pun yang menangis dan merasa khusyu'. Mereka bahkan
bosan mendengar ceramahnya.
Setelah anaknya selesai berceramah
Syeikh 'Abdulqadir naik ke mimbar lalu berkata, "Para hadirin, tadi
malam, isteriku, ummul fuqoro menghidangkan ayam pangang yang sangat
lezat, tapi tiba-tiba seekor kucing datang dan memakannya." Mendengar
ucapan ini, para hadirin menangis dan menjerit Si anak berkata,
"Aneh..., aku bacakan kepada mereka ayat-ayat Quran, hadis-hadis Nabi,
syair dan berbagai akhbar,tidak ada seorang pun yang menangis. Tapi,
ketika ayahku menyampaikan ucapan yang tidak ada artinya, mereka justru
menangis. Sungguh aneh, apa sebabnya?".
Sebabnya ialah Inti ceramah bukan terletak pada susunan kalimat,
tapi pada kesucian hati dan sifat shidq si pembicara. Sewaktu Sayidina
Jailani berbicara, para hadirin menangis karena mengartikan kucing dalam
cerita befiau sebagai setan yang mencuri amal anak cucu Adam
dengan cara menimbulkan sikap riya, ujub dan sombong. Ada yang menangis
karena mengibaratkan cerita itu dengan keadaan su-ul
khotimah, yakni ia membayangkan seseorang yang memiliki amal
sangat banyak, tapi usianya berakhir dengan su-ul khotimah. Mereka
semua menangis dan merasa takut kepada Allah hanya karena ucapan biasa.
Sesungguhnya ucapan itu telah membuat mereka berpikir, menerbitkan
cahaya di hati mereka, berkat cahaya yang memancar dari hati
Syeikh Abdulqadir Al-Jailani.
Lalu Syaikh Akhmad Bafadhdhal berkata, "Bahwa semua ilmu yang masih ada unsur riya, ujub, sombong dan merasa dirinya paling benar sekalipun bersumber dari Al-Qur`an maupun Hadits, maka tiada hal yang bisa didapat darinya kecuali hanya sia-sia belaka, sebab semua itu dikendalikan oleh iblis yang senantiasa mengganggu orang-orang berilmu tapi bodoh dalam menyampaikan ilmunya".
Dewasa ini banyak kejadian yang demikian, maka hendaklah kita semua harus mampu menyeleksi mana yang Haq dan mana yang Bathil. Sehinngga apa-apa uang disampaikan kepada orang lain mampu diterima dengan baik oleh orang lain. Kita juga diharapkan mampu mengendalikan diri untuk bisa menjadi pribadi yang jujur, ikhlas, tawadhu` serta bermanfaat bagi orang lain. Sebab seperti termaktub dalam Al-Qur`an Surat Ibrahim ayat 24-25
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit"
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ
الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
"Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat.'
Pribadi yang mulia membawa seseorang menuju kebahagiaan baik dunia maupun akhirat. Semua yang telah dilakukan manusia kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Allah Subhanahuwata`ala. "Bagaimanapun mulianya, kayanya, pandainya seseorang sekalipun dirinya ialah seorang habaib, ulama yang mengasuh pondok pesantren, tetapi bila ada satu saja tetangganya yang sampai tidak bisa makan, maka kelak semua harta dan ilmu yang dimilikinya hanya sia-sia belaka, termasuk bila semua yang dimiliki baik harta, tahta, dan ilmu apabila hanya mengejar kemewahan dunia maka apa yang dimilikinya itu kelak akan di"Sual" (dihitung) satu per satu dan dipertanggungjawabkan ke Hadirat Allah Subhanahuwata`ala"
Beliau Syaikh Akhmad Bafaddhal juga merasa bahagia bisa berkunjung ke Indonesia yang toleran, rukun serta jauh dari konflik Internasional. Beliau juga berpesan kepada jama`ah ikhwan agar jangan sampai meninggalkan Sholat Jum`at sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika berada di atas
kayu-kayu mimbarnya, “Hendaknya orang-orang yang telah meninggalkan
beberapa kali shalat Jum’at segera menghentikan perbuatan mereka atau
Allah akan menutup hati mereka kemudian mereka benar-benar menjadi
golongan orang-orang yang lalai.” (HR. Muslim)
*****Demikian ikhtisar tausiyah Syaikh Akhmad Bafaddhal, dari Yaman saat acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Majelis Ratib Al Hikmah, Blandongan, Pesayangan, Talang, Tegal, Pimpinan Habib Ali bin Abdullah Assegaf, Kamis, 23 Februari *****
NB: Mohon maaf bila ada kesalahan baik penulisan maupun esensi dari ikhtisar di atas
Alfaqiir : Imron Rosyadi
Kamis, 23 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar